Monday, May 17, 2010

Kisah Kasih Sayang

Kisah di bawah ini adalah
kisah yang saya dapat
dari milis alumni Jerman,
atau warga Indonesia yg
bermukim atau pernah
bermukim di sana.
Demikian layak untuk
dibaca beberapa menit,
dan direnungkan seumur
hidup.
Saya adalah ibu dari tiga
orang anak dan baru saja
menyelesaikan kuliah
saya. Kelas terakhir yang
harus saya ambil adalah
Sosiologi. Sang Dosen
sangat inspiratif, dengan
kualitas yang saya
harapkan setiap orang
memilikinya. Tugas
terakhir yang diberikan ke
para siswanya diberi
nama "Smiling." Seluruh
siswa diminta untuk pergi
ke luar dan memberikan
senyumnya kepada tiga
orang asing yang
ditemuinya dan
mendokumentasikan
reaksi mereka. Setelah itu
setiap siswa diminta
untuk mempresentasikan
didepan kelas. Saya
adalah seorang yang
periang, mudah
bersahabat dan selalu
tersenyum pada setiap
orang. Jadi, saya
pikir,tugas ini sangatlah
mudah.
Setelah menerima tugas
tsb, saya bergegas
menemui suami saya
dan anak bungsu saya
yang menunggu di
taman di halaman
kampus, untuk pergi
kerestoran McDonald's
yang berada di sekitar
kampus. Pagi itu
udaranya sangat dingin
dan kering. Sewaktu
suami saya akan masuk
dalam antrian, saya
menyela dan meminta
agar dia saja yang
menemani si Bungsu
sambil mencari tempat
duduk yang masih
kosong.
Ketika saya sedang dalam
antrian, menunggu untuk
dilayani, mendadak setiap
orang di sekitar kami
bergerak menyingkir, dan
bahkan orang yang
semula antri dibelakang
saya ikut menyingkir
keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik
menguasai diri saya,
ketika berbalik dan
melihat mengapa mereka
semua pada menyingkir ?
Saat berbalik itulah saya
membaui suatu "bau
badan kotor" yang cukup
menyengat, ternyata
tepat di belakang saya
berdiri dua orang lelaki
tunawisma yang sangat
dekil! Saya bingung, dan
tidak mampu bergerak
sama sekali. Ketika saya
menunduk, tanpa
sengaja mata saya
menatap laki-laki yang
lebih pendek, yang berdiri
lebih dekat dengan saya,
dan ia sedang
"tersenyum" kearah saya.
Lelaki ini bermata biru,
sorot matanya tajam, tapi
juga memancarkan kasih
sayang. Ia menatap
kearah saya, seolah ia
meminta agar saya dapat
menerima 'kehadirannya'
ditempat itu. Ia menyapa
"Good day!" sambil tetap
tersenyum dan sembari
menghitung beberapa
koin yang disiapkan
untuk membayar
makanan yang akan
dipesan.
Secara spontan saya
membalas senyumnya,
dan seketika teringat oleh
saya 'tugas' yang
diberikan oleh dosen
saya. Lelaki kedua sedang
memainkan tangannya
dengan gerakan aneh
berdiri di belakang
temannya. Saya segera
menyadari bahwa lelaki
kedua itu menderita
defisiensi mental, dan
lelaki dengan mata biru
itu adalah "penolong"nya.
Saya merasa sangat
prihatin setelah
mengetahui bahwa
ternyata dalam antrian itu
kini hanya tinggal saya
bersama mereka,dan
kami bertiga tiba2 saja
sudah sampai didepan
counter.
Ketika wanita muda di
counter menanyakan
kepada saya apa yang
ingin saya pesan, saya
persilahkan kedua lelaki ini
untuk memesan duluan.
Lelaki bermata biru
segera memesan "Kopi
saja, satu cangkir Nona."
Ternyata dari koin yang
terkumpul hanya itulah
yang mampu dibeli oleh
mereka (sudah menjadi
aturan direstoran disini,
jika ingin duduk di dalam
restoran dan
menghangatkan tubuh,
maka orang harus
membeli sesuatu). Dan
tampaknya kedua orang
ini hanya ingin
menghangatkan badan.
Tiba2 saja saya diserang
oleh rasa iba yang
membuat saya sempat
terpaku beberapa saat,
sambil mata saya
mengikuti langkah
mereka mencari tempat
duduk yang jauh terpisah
dari tamu2 lainnya, yang
hampir semuanya
sedang mengamati
mereka.. Pada saat yang
bersamaan, saya baru
menyadari bahwa saat itu
semua mata di restoran
itu juga sedang tertuju ke
diri saya, dan pasti juga
melihat semua 'tindakan'
saya. Saya baru tersadar
setelah petugas di
counter itu menyapa
saya untuk ketiga kalinya
menanyakan apa yang
ingin saya pesan. Saya
tersenyum dan minta
diberikan dua paket
makan pagi (diluar
pesanan saya) dalam
nampan terpisah.
Setelah membayar
semua pesanan, saya
minta bantuan petugas
lain yang ada di counter
itu untuk mengantarkan
nampan pesanan saya ke
meja/tempat duduk
suami dan anak saya.
Sementara saya
membawa nampan
lainnya berjalan
melingkari sudut kearah
meja yang telah dipilih
kedua lelaki itu untuk
beristirahat. Saya letakkan
nampan berisi makanan
itu di atas mejanya, dan
meletakkan tangan saya
di atas punggung telapak
tangan dingin lelaki
bemata biru itu, sambil
saya berucap "makanan
ini telah saya pesan untuk
kalian berdua."
Kembali mata biru itu
menatap dalam ke arah
saya, kini mata itu mulai
basah ber-kaca2 dan dia
hanya mampu berkata
"Terima kasih banyak,
nyonya." Saya mencoba
tetap menguasai diri
saya, sambil menepuk
bahunya saya berkata
"Sesungguhnya bukan
saya yang melakukan ini
untuk kalian, Tuhan juga
berada di sekitar sini dan
telah membisikkan
sesuatu ketelinga saya
untuk menyampaikan
makanan ini kepada
kalian."
Mendengar ucapan saya,
si Mata Biru tidak kuasa
menahan haru dan
memeluk lelaki kedua
sambil terisak-isak. Saat
itu ingin sekali saya
merengkuh kedua lelaki
itu. Saya sudah tidak
dapat menahan tangis
ketika saya berjalan
meninggalkan mereka
dan bergabung dengan
suami dan anak saya,
yang tidak jauh dari
tempat duduk mereka.
Ketika saya duduk suami
saya mencoba
meredakan tangis saya
sambil tersenyum dan
berkata "Sekarang saya
tahu, kenapa Tuhan
mengirimkan dirimu
menjadi istriku, yang
pasti, untuk memberikan
'keteduhan' bagi diriku
dan anak-2ku! " Kami
saling berpegangan
tangan beberapa saat dan
saat itu kami benar2
bersyukur dan
menyadari, bahwa hanya
karena 'bisikanNYA' lah
kami telah mampu
memanfaatkan
'kesempatan' untuk dapat
berbuat sesuatu bagi
orang lain yang sedang
sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang
menyantap makanan,
dimulai dari tamu yang
akan meninggalkan
restoran dan disusul oleh
beberapa tamu lainnya,
mereka satu persatu
menghampiri meja kami,
untuk sekedar ingin
'berjabat tangan' dengan
kami. Salah satu
diantaranya, seorang
bapak, memegangi
tangan saya, dan berucap
Tanganmu ini telah
memberikan pelajaran
yang mahal bagi kami
semua yang berada
disini, jika suatu saat saya
diberi kesempatan oleh
NYA, saya akan lakukan
seperti yang telah kamu
contohkan tadi kepada
kami." Saya hanya bisa
berucap "terima kasih"
sambil tersenyum.
Sebelum beranjak
meninggalkan restoran
saya sempatkan untuk
melihat kearah kedua
lelaki itu, dan seolah ada
'magnit' yang
menghubungkan bathin
kami, mereka langsung
menoleh kearah kami
sambil tersenyum, lalu
melambai-2kan
tangannya kearah kami.
Dalam perjalanan pulang
saya merenungkan
kembali apa yang telah
saya lakukan terhadap
kedua orang tunawisma
tadi, itu benar2 'tindakan'
yang tidak pernah terpikir
oleh saya.
Pengalaman hari itu
menunjukkan kepada
saya betapa 'kasih
sayang' Tuhan itu sangat
HANGAT dan INDAH
sekali! Saya kembali ke
college, pada hari terakhir
kuliah dengan 'cerita' ini
ditangan saya. Saya
menyerahkan 'paper'
saya kepada dosen saya.
Dan keesokan harinya,
sebelum memulai
kuliahnya saya dipanggil
dosen saya ke depan
kelas, ia melihat kepada
saya dan berkata,
"Bolehkah saya
membagikan ceritamu ini
kepada yang lain?"
dengan senang hati saya
mengiyakan.
Ketika akan memulai
kuliahnya dia meminta
perhatian dari kelas untuk
membacakan paper saya.
Ia mulai membaca, para
siswapun mendengarkan
dengan seksama cerita
sang dosen, dan ruangan
kuliah menjadi sunyi.
Dengan cara dan gaya
yang dimiliki sang dosen
dalam membawakan
ceritanya, membuat para
siswa yang hadir di
ruang kuliah itu seolah
ikut melihat bagaimana
sesungguhnya kejadian
itu berlangsung, sehingga
para siswi yang duduk di
deretan belakang didekat
saya diantaranya datang
memeluk saya untuk
mengungkapkan
perasaan harunya.
Diakhir pembacaan paper
tersebut, sang dosen
sengaja menutup
ceritanya dengan
mengutip salah satu
kalimat yang saya tulis
diakhir paper saya.
"Tersenyumlah dengan
'HATImu', dan kau akan
mengetahui betapa
'dahsyat' dampak yang
ditimbulkan oleh
senyummu itu." Dengan
caraNYA sendiri, Tuhan
telah 'menggunakan' diri
saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di
McDonald's, suamiku,
anakku, guruku, dan
setiap siswa yang
menghadiri kuliah di
malam terakhir saya
sebagai mahasiswi.
Saya lulus dengan 1
pelajaran terbesar yang
tidak pernah saya
dapatkan di bangku kuliah
manapun, yaitu:
"PENERIMAAN TANPA
SYARAT." Banyak cerita
tentang kasih sayang
yang ditulis untuk bisa
diresapi oleh para
pembacanya, namun
bagi siapa saja yang
sempat membaca dan
memaknai cerita ini
diharapkan dapat
mengambil pelajaran
bagaimana cara
MENCINTAI SESAMA,
DENGAN
MEMANFAATKAN
SEDIKIT HARTA-BENDA
YANG KITA MILIKI, dan
bukannya MENCINTAI
HARTA BENDA YANG
BUKAN MILIK KITA,
DENGAN
MEMANFAATKAN
SESAMA!
Jika anda berpikir bahwa
cerita ini telah menyentuh
hati anda, teruskan cerita
ini kepada orang2
terdekat anda, agar
setidaknya orang yang
membaca cerita ini akan
tergerak hatinya untuk
bisa berbuat sesuatu
(sekecil apapun) bagi
sesama yang sedang
membutuhkan uluran
tangannya!
Orang bijak mengatakan:
Banyak orang yang
datang dan pergi dari
kehidupanmu, tetapi
hanya 'sahabat yang
bijak' yang akan
meninggalkan JEJAK di
dalam hatimu. Untuk
berinteraksi dengan
dirimu, gunakan
nalarmu. Tetapi untuk
berinteraksi dengan
orang lain, gunakan
HATImu! Orang yang
kehilangan uang, akan
kehilangan banyak, orang
yang kehilangan teman,
akan kehilangan lebih
banyak! Tapi orang yang
kehilangan keyakinan,
akan kehilangan
semuanya!
Orang-orang muda yang
'cantik' adalah hasil kerja
alam, tetapi orang-orang
tua yang 'cantik' adalah
hasil karya seni. Belajarlah
dari PENGALAMAN
MEREKA, karena engkau
tidak dapat hidup cukup
lama untuk bisa
mendapatkan semua itu
dari pengalaman dirimu
sendiri.

0 tanggapan: