oleh : DarwisRoland MuhammadchiiKomring SiiyardanAleser'eustace)
Karya Muhamad Darwis Rolan Sebut saja namaku Roland umur ku
masih 12 tahun . Aku termasuk anak yang bisa dibilang sedikit culun dan
juga manja dikalangan teman teman ku. Sering diriku disebut oleh orang
orang, "Jadi cowok kok manja mana cupu lagi.". Tapi sudah lah tak ku
ambil hati lagi, kata pepatah bilang anjing menggonggong kapila berlalu.
Aku juga termasuk anak yg lahir di keluarga yang berkecukupan, Ayahku
seorang PNS namun sudah pensiun karena umurnya yang sudah bsa dibilang
tua dan Ibuku hanya seorang Ibu rumah tangga. Hari ini adalah hari
penentuanku sukses atau tidaknya setelah duduk dibangku SD. Sedikit deg
deggan sih tapi tak apalah semoga saja Allah SWT memberikan rahmatnya
supaya aku lulus tahun ini dengan nilai yang baik. Detik detik
pengumuman kurasakan begitu lama nerveuos, keringetan, dan takut sampai
sampai semalam ku berdo'a agar jam tak berputar begitu cepat. Pada hari
itu aku tidak datang kesekolah dengan alasan tertentu, lagi pula yang
akan datang adalah orang tua masing-masing siswa siswi. Tanpa ku duga
ada dua sosok orang yang datang memelukku dengan penuh kehangatan,
disertai tangisan kebanggaan. Aku yg tak tau apa-apa hanya bisa
bertanya-tanya dalam hati, “Ada apa ini. . .?” Ternyata kedua orang itu
adalah Ibu dan Ayahku yang sedang memelukku erat karena kebanggaanya
pada anak satu satunya dari mereka yaitu aku. Ternyata lulus namun bukan
karena hanya aku lulus dari sekolah tapi ditambah aku lulus dengan
nilai terbaik di sekolahku waktu itu. “Ayah dan Ibu sangat bangga pada
mu nak,” ujar Ayah sembari memeluku. Aku tidak bisa berkata apap-apa
lagi, Aku sebagai anak merasa senang karena bisa membanggakan orang tua
ku dan berharap akan selalu bisa membahagiakan mereka.
Setelah aku tamat SD akupun mulai mempersiapkan segala keperluan
untuk sekolah di SMP dan mulai mendaftar di SMP Didesa tetangga. Karna
latar belakangku yang lulus dengan baik untuk masuk di SMP seperti itu
tidak lah sulit bagi ku. Dihari pertama aku masuk sekolah saat itu
sedang MOS hal itu sangat asing bagiku. Kadang kadang aku berpikir MOS
itu “Jangan-jangan tikus dalam bahasa inggris” ujar ku dalam hati.
Setelah hari pertama aku di MOS baru mengetahui bahwa MOS itu adalah
Pengenalan diri pada lingkungan sekolah yang baru disana kita diajarkan
untuk menggunakan dasi, tata cara di sekolah, teramasuk
peraturan-peraturan di sekolah. Yang namanya hidup pasti ada yang
namanya hitam atau putih. Pada saat SMP ini aku sebagai paling membuatku
kesal yaitu ada teman nakal yang selalu meminta uang setiap hari pada
awalnya aku memberikan tapi sepertinya dia malah tercandu tuk semakin
meminta uang setiap hari. Sebut saja namanya Andri, saay-saat yang tak
mungkin ku lupakan adalah saat aku mulai belajar agar tak memberinya
uang. Dia mulai mengancamku “hei mana uang setoran hari ini!,” katanya
sambil mengancam ku, “Aku menjawab perasaan setiaphari aku harus
setoran padamu, emang kamu siapa?” ku menjawabnya. Dia balik
membentakku “hei sudah mulai berani ya sekarang, beri ku uang sekarang
apa sudah bosan hidup kamu”. Aku yang tak beranipun terpaksa
memberinya, Tapi sudah lah hitung-hitung sedekah pikirku.
Sejak perubahan ku itu yang membuat ku menyesal adalah nilai-nilaiku
di sekolah turun drastis, mungkin karena pergaulanku yang salah dan aku
mulai mengenal yang namanya rokok. Terkadang aku membeli rokok
batangan bersama teman - teman hanya untuk mencoba - coba barang yang
seharusnya aku tidak boleh menyentuhnya. Pembagian rapot kenaikan kelas
pun di umumkan seperti yang aku duga pasti aku tidak akan dapat juara
kelas tahun ini. Dan ternyata benar terlihat dari rasa kecewa yang ku
baca dari raut muka ayah. “Tadi guru bilang prestasimu mulai menurun,
dan dikelas dekarang kau mulai nakal” Ayah berkata padaku. Akuhanya bisa
terdiam sambil berkata, “Maafkan aku ayah suatu hari nanti akan
kudapati lagi cita-cita ku itu.” Memang memalukan bagiku tapi ya
sudahlah Nasi Sudah Jadi Bubur dalam hatiku suatu hari nanti pasti akan
ku ulang keberhasilanku semasa SD.
Hari itu mungkin hari awal dari ke hancuran dalam hidupku dan mungkin
hari yang kuharap tak pernah ada. Karena hari itu adalah diamana orang
yang kuhormati, ku banggakan, ku sayangi, bahkan segala galanya dalam
hidupku meninggalkanku untuk selama-lamanya. Ya tepatnya dia adalah
ayahku, rasa tak percaya, risau ,sedih menghampiriku sampai-sampai aku
berdo'a pada tuhan agar bisa mengembalikan lagi ayahku dan aku tidak
akan lagi mengulang lagi kesalahhanku yang pernah ku perbuat. “Ya Tuhan
hidukanlah kembali Ayahku aku berjanji tidak akan menjalankan larangan
mu lagi, Bila Kau hidukan lagi ayahku” dalam hening ku berdo’a.
Namun, apa daya semuanya hanya harapan bagiku ayah pun harus segera
dikebumikan hari itu juga. Satu kalimat terakhir yang disampaikan ayah
dan tak akan ku lupakan adalah "JANGAN LUPAKAN & UTAMAKAN IBADAHMU
DAN TINGKATKAN LAGI PRESTASIMU BUAT AYAH BANGGA!,". “Selamat jalan ayah
do'a anakmu selalu menyertaimu.” Ujar ku daam hati.
Setelah meninggalnya ayah, ibu memutuskan untuk pindah rumah dimana
orang tua dan sanak saudaranya berada. Tanpa pikir panjang tentu aku
ikut ibu karena dialah harta dalam hidupku satu satunya namun disana
aku dan ibu harus ikut dirumah paman, walau rasanya berat harus ku
jalani. Akhirnya selain aku harus pindah rumah aku juga harus pindah
sekolah memang berat harus meninggalkan teman-temanku dulu tapi aku
harus menjaga ibuku sebagai anak tunggal.
Hari pertamaku di sekolah baru itu aku tak memiliki teman sama
sekali, sampai akhirnya ada dua teman yg belum aku kenal, mereka
menyapaku dan mengenalkan sekolah bisa dibilang MOS kecil- kecilan, saat
itu aku kelas 2 SMP. “Hei nama kamu siapa?” tanya salah satu dari
mereka. “Nama ku Darwis, kalau kamu siapa?” jawabku sambil menanya
balik. Ternyata nama mereka berdua adalah Danang dan Rudi, jasa mereka
tak akan ku lupakan karena telah menghilangkn rasa malu sebagai siswa
baru disekolah itu.
Pembagian kelas pun diumumkan aku deg-degan karena kata salah satu
guru yang mengumumkan berkata "BILA ADA SISWA YANG NAMANYA TIDAK
DIPANGGIL BERARTI ANAK SELUNDUPAN". Sampai akhirny benar namaku tidak
disebutkan dalam pemanggilan nama siswa, dengan rasa malu aku datangi
guru tersebut dan menanyakan kelasku, puji syukur alhamdulillah itu
semua karena ada kesalahan dan wajar karena aku anak baru disana, perlu
diketahui selain aku ada juga anak baru yang bernasib sama sepertiku
yang tidak mendapatkan kelas. Akhirnya aku masuk dikelas 2.3 atau 8.3
dari 5 kelas 8 saat itu.
Yang ku ketahui bahwa aku tidak sekelas dengan Danang Dan Rudi,
Setiap hari aku harus berangkat menggunakan sepeda terutama pada saat
bulan rhomadon terasa sekali capai yang ku rasa, memang letih tapi apa
daya ini semua demi cita citaku lagi pula aku berangkat dengan banyak
teman sebut saja namanya Ilman dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku
sebutkan satu persatu.
Dihari pertama belajar aku sangat antusias dalam belajar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari guru saat itu. Tanpa ku sadari ada teman
teman tidak suka dengan tingkah ku sampai sampai suatu hari aku diancam
untuk jangan terlalu bertingkah di kelas, “Hai kamu anak baru.“ salah
satu dari mereka memanggilku. Akupun menengok dan menjawab ”Ia ada apa.
“Sini ikut kami” mereka mengajaku pada salah satu ruangan kelas dimana
waktu itu sedang istirahat. Mau tidak mau aku harus ikut. “Kau tau
tidak kesalahan mu apa?” Katanya kalau tidak salah namanya adalah
Andika. Aku menjawab “Tidak sama sekali aku tidak tahu apa-apa?”,
“Sebaiknya kau kalu dikelas jangan terlalu berlagu apa kau sudah berani
dengan kami” jawab si idris , aku pun hanya bisa terdiam dan tak
berkata apa-apa lagi dan hanya berkata “Baiklah maaf bila aku sudah
membuat kalian jengkel” . Akupun mulai pergi meninggalkan kelas atas
ijin mereka padahal itu bukan alasan yang tepat apa salahnya coba bila
aku ingin aktif di kelas. Yah namanya anak baru lagipula mereka adalah
gank yang terkenal di sekolahku hanya bisa menuruti kehendak mereka.
Kadang aku sangat merasa nyaman dalam kelas bila mereka tidak
berangkat karena mereka apabila dikelas suka seenaknya sendiri.
Alhamdullillah dikelas 8 atau 2 SMP ini aku mendapat peringkat 2 dan 3.
Karena peringkat ku itu akhirnya aku bisa masuk dikelas yang bisa di
unggulkan dalam sekolah tersebut. Yang ku senangi adalah aku terpisah
dari mereka yang mengekang ku untuk semangat belajar. Di kelas ini ku
menemukan teman-teman yang sangat baik terlebihya ku bisa sekelas
dengan orang yang bisa merebut hatiku. Namun, sayang itu semua cuma
mimpi karena aku tidak bisa mengungkapkanya, terlebih aku tidak memiliki
apa - apa karena hidup ku turun drastis setelah meninggalnya ayah.
Tapi tak apa-apa aku bahagia sudah bisa mencintainya kata orangkan
cinta tak harus memiliki.
Akhirnya aku lulus dari SMP dengan nilai yang cukup membanggakan.
Walau terasa berbeda dengan kelulusan ku sewaktu SD, jelas saja sewktu
SD masih ada ayah dan ibu tapi ku harus menerima itu semua. Disini
pilihan harus keluar kembali pada hidup ku. Yaitu aku ingin sekali
sekolah yang jauh dari orang tua namun apa daya semua hanya impian bagi
ku karena ibu dan kakak dari paman tidak memperbolehkan ku untuk
melanjut jauh dari ibu karena takut aku terjerumus dalam jurang hitam.
Ditambah yang membuat ku sedih adalah aku harus menerima bila ibuku
menikah lagi dengan alasan faktor ekonomi karena selama ini yang mencari
nafkah adalah ibu meskipun ada tambahan gaji pensiun ayah namun semua
habis hanya untuk uang sekolahku.
Akhirnya aku merelakan ibu menikah lagi namun seperti yang ku duga
setelah dua bulan ibu menikah ayah tiri ku orangnya sangat kikir dan
jarang memberiku dan ibu nafkah jadi semua alasan ibu hanya percuma
saat akan menikah dengan ayah tiri itu. Terlebih dia sangat membenciku
karena alasan tertentu. Sampai saat ini aku sangat membencinya, menurut
kalian salahkah aku jika membenci Bapak Tiri ku?.
Akhirnya aku harus mengalah untuk pergi dari rumah dan ikut tinggal
di rumah paman yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah ibu namun
pada malam libur sekolah aku pulang untuk menjenguk ibuku. Begitu
seterusnya hari-hari kujalani, tanpa terasa aku sudah kelas dua SMA
saat itu aku orang yang sangat tidak suka sekali untuk ikut
berorganisasi. Namun semua berubah setelah aku menjadi Ketua Koperasi
hal-hal yang sangat mengesankan adalah aku bisa berbicara di depan
orang dan terutama aku juga pernah berbincang-bincang secara empat mata
dengan Bapak Camat diKecamatanku ini. Sempat aku mengingat masa-masa
perpindahan ku dulu terutama saat kematian ayah memang sangat
menyedihkan tapi aku fikir ambil saja hikmahnya gara-gara perpindahanku
itu aku tidak terjerumus menjadi pecandu rokok. Yang lebih
membanggakan adalah aku bisa menjadi pemimpin upacara saat upacara
pembukaan PSB terutama saat menjad Ketua Panitia disalah satu acara di
sekolah.
Waktu pun semakin berlalu tanpa terasa sekarang aku sudah menginjak
di kelas 3 SMA saat - saat yang tak bisa ku lupakan adalah dimana aku
bisa berjumpa dan mendapatkan wanita yang sangat aku sayangi yang
bukanlah impian lagi bagi ku. Aku mulai ingin menentukan akankah aku
melanjutkan kuliah atau tidak. Rasa bimbang keluar karena faktor ekonomi
yang sangat minim. Aku mulai berusaha untuk mencari-cari jalan pintas
maksudku jalan pintas adalah mulai ikut test ujian SNMPTN.
Puji syukur alhamdulillah akhirnya aku lulus dari SMA ini dengan
nilai yang bisa dibilang baik. Sepertinya kebahagianku pun datang
beruntun ternyata aku mendapatkan Undangan SNMPTN sehingga aku bisa
masuk perguruan yang sangat aku impikan. Aku harap kelak aku bisa
menjadi orang yang berguna dan bisa membahagiakan orang tuaku.
Setelah selesai kuliah aku bisa membuat lapangan kerja dan uang yang
ku dapat bisa membawa Ibuku ke tanah suci untuk naik haji karena itu
adalah cita -cita utama dalam hidupku. Karena hidup bukan untuk
mengeluh tapi untuk diperjuangkan, meskipun tak sesuai keinginan.
0 tanggapan:
Post a Comment